Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data mengenai pengelolaan obat yang tidak terpakai di rumah tangga di Kecamatan Banjarmasin Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yang dipilih secara acak. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan mengenai jenis obat yang sering tidak terpakai, cara penyimpanan, serta cara pembuangan obat yang tidak terpakai.
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif untuk menggambarkan pola pengelolaan obat di rumah tangga. Selain itu, wawancara mendalam juga dilakukan dengan beberapa responden untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai alasan di balik perilaku pengelolaan obat mereka.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Banjarmasin Timur memiliki obat yang tidak terpakai. Jenis obat yang paling sering tidak terpakai adalah obat-obatan bebas seperti analgesik dan antibiotik. Mayoritas responden menyimpan obat yang tidak terpakai di lemari obat rumah tangga mereka, dan sebagian besar dari mereka tidak memiliki prosedur yang jelas untuk membuang obat yang sudah tidak terpakai.
Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka membuang obat yang tidak terpakai ke tempat sampah rumah tangga, sementara beberapa lainnya membuangnya ke saluran pembuangan. Hasil wawancara mendalam mengungkapkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai dampak lingkungan dari pembuangan obat yang tidak tepat menjadi alasan utama di balik perilaku ini.
Diskusi
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan obat yang tidak terpakai. Pengetahuan yang kurang mengenai cara yang benar untuk membuang obat dapat berdampak negatif pada lingkungan, seperti pencemaran air dan tanah. Oleh karena itu, edukasi mengenai pengelolaan limbah obat harus menjadi prioritas.
Selain itu, hasil penelitian ini juga mengindikasikan perlunya kebijakan yang jelas mengenai pengelolaan obat yang tidak terpakai. Pemerintah daerah dapat memainkan peran penting dengan menyediakan fasilitas pembuangan obat yang aman dan mudah diakses oleh masyarakat. Kampanye informasi dan program pendidikan yang berkelanjutan juga diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat memahami pentingnya pengelolaan obat yang benar.
Implikasi Farmasi
Dalam konteks farmasi, hasil penelitian ini menunjukkan perlunya keterlibatan apoteker dalam edukasi masyarakat mengenai pengelolaan obat yang tidak terpakai. Apoteker dapat memberikan informasi yang tepat mengenai cara penyimpanan dan pembuangan obat yang benar kepada pasien saat mereka mengambil resep di apotek.
Selain itu, apoteker juga dapat berperan dalam program pengambilan kembali obat yang tidak terpakai. Program ini dapat membantu mengurangi jumlah obat yang dibuang sembarangan, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan demikian, apoteker dapat berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan akibat limbah obat.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan obat yang tidak terpakai di rumah tangga di Kecamatan Banjarmasin Timur masih perlu ditingkatkan. Sebagian besar rumah tangga tidak memiliki prosedur yang jelas untuk membuang obat yang tidak terpakai, dan pengetahuan mengenai dampak lingkungan dari pembuangan obat yang tidak tepat masih rendah.
Diperlukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan obat yang benar. Edukasi dan kebijakan yang jelas mengenai pembuangan obat yang aman harus menjadi prioritas untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan agar pemerintah daerah menyediakan fasilitas pembuangan obat yang aman dan mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, kampanye edukasi mengenai pengelolaan obat yang tidak terpakai harus digencarkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Diperlukan juga keterlibatan apoteker dalam memberikan informasi dan edukasi mengenai pengelolaan obat yang benar kepada pasien. Program pengambilan kembali obat yang tidak terpakai juga dapat dipertimbangkan untuk mengurangi jumlah obat yang dibuang sembarangan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.