Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional untuk mengevaluasi hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 1. Sampel penelitian terdiri dari 150 pasien hipertensi yang dipilih secara acak. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan kepatuhan minum obat.
Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik korelasi untuk menentukan hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan minum obat. Selain itu, analisis regresi digunakan untuk mengevaluasi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap kepatuhan minum obat. Data demografis seperti usia, jenis kelamin, dan lama menderita hipertensi juga dicatat untuk analisis lebih lanjut.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi cenderung lebih patuh dalam mengikuti regimen pengobatan mereka. Skor pengetahuan yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan pemahaman mengenai pentingnya minum obat secara teratur untuk mengontrol tekanan darah.
Selain itu, sikap positif terhadap pengobatan juga ditemukan berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat. Pasien yang memiliki sikap positif dan motivasi tinggi untuk sembuh lebih cenderung mengikuti anjuran dokter dan rutin minum obat. Analisis regresi menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap secara bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap kepatuhan minum obat.
Diskusi
Temuan ini menegaskan pentingnya edukasi dan motivasi dalam meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi terhadap pengobatan. Pengetahuan yang baik mengenai penyakit dan manfaat pengobatan dapat meningkatkan kesadaran pasien akan pentingnya kepatuhan minum obat. Oleh karena itu, program edukasi kesehatan yang komprehensif perlu diterapkan di Puskesmas Sungai Tabuk 1 untuk meningkatkan pengetahuan pasien.
Selain itu, intervensi yang berfokus pada peningkatan sikap positif terhadap pengobatan juga penting. Puskesmas dapat mengadakan sesi konseling dan kelompok dukungan untuk membantu pasien mengatasi hambatan psikologis dan meningkatkan motivasi mereka untuk mengikuti regimen pengobatan. Dengan demikian, tingkat kepatuhan minum obat dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada pengendalian hipertensi.
Implikasi Farmasi
Dalam bidang farmasi, hasil penelitian ini menunjukkan perlunya peran aktif apoteker dalam memberikan edukasi dan konseling kepada pasien hipertensi. Apoteker dapat membantu meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit mereka dan pentingnya kepatuhan minum obat. Selain itu, apoteker dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mengembangkan program edukasi yang efektif.
Apoteker juga dapat berperan dalam memantau kepatuhan minum obat pasien dan memberikan dukungan berkelanjutan. Dengan menyediakan informasi yang jelas dan mudah dipahami, serta memberikan motivasi dan dorongan, apoteker dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan, pada akhirnya, hasil kesehatan mereka.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 1. Pasien dengan pengetahuan yang lebih tinggi dan sikap yang lebih positif terhadap pengobatan cenderung lebih patuh dalam minum obat mereka.
Diperlukan upaya yang lebih besar dalam memberikan edukasi dan meningkatkan sikap positif pasien terhadap pengobatan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat. Program edukasi kesehatan yang komprehensif dan intervensi yang berfokus pada motivasi pasien dapat membantu mencapai tujuan ini.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan agar Puskesmas Sungai Tabuk 1 mengimplementasikan program edukasi kesehatan yang komprehensif untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai hipertensi dan pentingnya kepatuhan minum obat. Program ini dapat mencakup sesi edukasi, konseling individu, dan kelompok dukungan.
Selain itu, diperlukan kolaborasi antara apoteker dan tenaga kesehatan lainnya untuk memantau kepatuhan minum obat pasien secara berkelanjutan. Intervensi yang berfokus pada peningkatan motivasi dan sikap positif terhadap pengobatan juga disarankan untuk membantu pasien mengatasi hambatan dalam mengikuti regimen pengobatan.