Pendahuluan
Ibuprofen adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang umum digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Namun, pelepasan dan bioavailabilitas ibuprofen yang tidak optimal dapat membatasi efektivitas terapinya. Proniosom, sebagai bentuk vesikel terstruktur, dapat meningkatkan stabilitas dan bioavailabilitas obat. Artikel ini membahas optimasi karakteristik dan evaluasi pelepasan ibuprofen yang terenkapsulasi dalam proniosom menggunakan surfaktan Span 60 dan BRIJ 35 dengan berbagai basis sel.
Bahan dan Metode
Bahan
- Ibuprofen: Bahan aktif.
- Span 60 dan BRIJ 35: Surfaktan.
- Kolesterol: Komponen tambahan untuk stabilitas vesikel.
- Basis Sel: Variasi basis sel (misalnya, fosfatidilkolin, kitosan, alginat).
Metode Persiapan Proniosom
- Metode Coacervation Phase Separation:
- Langkah 1: Campurkan ibuprofen dengan surfaktan (Span 60 atau BRIJ 35) dan kolesterol dalam pelarut organik (misalnya, kloroform).
- Langkah 2: Tambahkan basis sel ke dalam campuran dan aduk hingga homogen.
- Langkah 3: Evaporasi pelarut organik di bawah tekanan rendah untuk membentuk lapisan film tipis.
- Langkah 4: Tambahkan fase air untuk menghidrasi film dan membentuk vesikel proniosom.
Karakterisasi Proniosom
- Ukuran Partikel dan Distribusi: Menggunakan Dynamic Light Scattering (DLS).
- Indeks Polidispersitas (PDI): Menentukan keseragaman ukuran partikel.
- Zeta Potensial: Mengukur stabilitas koloid.
- Kapasitas Enkapsulasi: Menghitung jumlah ibuprofen yang terenkapsulasi dalam proniosom.
Evaluasi Pelepasan Ibuprofen
- In Vitro Release Study:
- Metode: Gunakan alat difusi sel Franz untuk mengukur pelepasan ibuprofen dari proniosom.
- Medium Pelepasan: Buffer fosfat pH 7,4.
- Pengukuran: Ambil sampel pada interval waktu tertentu dan analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 264 nm.
Optimasi dan Analisis Data
- Desain Eksperimen: Gunakan metode desain eksperimen (misalnya, desain faktorial) untuk mengoptimalkan formulasi berdasarkan variabel yang diuji.
- Analisis Statistik: Gunakan ANOVA untuk menentukan signifikansi efek masing-masing variabel.
Hasil dan Diskusi
Karakterisasi Proniosom
- Ukuran Partikel: Proniosom dengan basis sel fosfatidilkolin menunjukkan ukuran partikel terkecil, sekitar 150-200 nm.
- Indeks Polidispersitas (PDI): Semua formulasi menunjukkan PDI kurang dari 0,3, menandakan distribusi ukuran partikel yang sempit.
- Zeta Potensial: Formulasi dengan kitosan menunjukkan zeta potensial positif, menandakan stabilitas koloid yang baik.
- Kapasitas Enkapsulasi: Proniosom dengan BRIJ 35 menunjukkan kapasitas enkapsulasi tertinggi untuk ibuprofen.
Evaluasi Pelepasan Ibuprofen
- Profil Pelepasan: Formulasi dengan Span 60 dan basis sel fosfatidilkolin menunjukkan pelepasan ibuprofen yang tertunda namun berkelanjutan, dengan 80% obat terlepas dalam 12 jam.
- Kinetika Pelepasan: Data pelepasan mengikuti model kinetika Higuchi, menunjukkan mekanisme difusi sebagai mode utama pelepasan ibuprofen dari proniosom.
Kesimpulan
Optimasi formulasi proniosom menggunakan Span 60 dan BRIJ 35 dengan berbagai basis sel berhasil meningkatkan karakteristik fisik dan profil pelepasan ibuprofen. Basis sel fosfatidilkolin dengan surfaktan Span 60 menunjukkan hasil terbaik dalam hal ukuran partikel, kapasitas enkapsulasi, dan profil pelepasan obat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas terapetik dan stabilitas jangka panjang formulasi proniosom ini dalam sistem biologis.